GAMBAR PERSPEKTIF, ANTARA KARYA TANGAN DAN KARYA ELEKTRONIK


Di masa perkembangan teknologi yang demikian pesat, para kreator produk IT khususnya hardware dan software komputer senantiasa berusaha untuk menciptakan fasilitas tercanggih yang menarik minat konsumen. Produk IT tersebut tidak saja merambah dunia orang-orang dewasa, tapi juga dunia anak-anak yang baru berangkat menuju masa remaja.Selain menawarkan kemudahan, produk tersebut juga dijual dengan harga yang terjangkau dan mendukung efisiensi waktu. Berbagai program komputer juga senantiasa up to date serta menghasilkan berbagai varian. Di samping itu, bagi yang malas membaca, disediakan pula tutorial program komputer di media internet.
Dalam lingkup pakerjaan, peran komputer memang sangat dominan dalam berbagai bidang. Keberadaan barang ajaib ini telah mampu menghemat waktu, menghasilkan print out yang canggih, mempermudah pekerjaan Semua pekerjaan mampu dikerjakan dengan mudah melalui fungsional komputer. Bahkah kinerja mobil, kamera digital dan sistem perhitungan suara dalam PEMILU pun sudah dirancang dengan program komputer. Fantastis !!!! Namun disamping sisi kecanggihan yang ditawarkan oleh komputer, muncul dampak negatif yang kurang diperhatikan. Salah satu kondisi yang terjadi adalah ketergantungan konsumen pada fungsi barang ajaib tersebut. Bahkan sering kali , karyawan , dosen maupun jajaran pemerintahan dipaksa harus “ libur “, bila jaringan listrik padam karena giliran dari PLN atau mengalami kerusakan. Atau mahasiswa juga “dipaksa” untuk mendengarkan kuliah dosen dengan agak mengantuk, karena suara dosen tidak diperkuat dengan microphone.
Fenomena ketergantungan juga “ terbaca “ dalam dunia arsitektur. Hal ini telah ditunjukkan melalui berbagai program komputer yang ternyata membawa dampak kerunyaman yang cukup tinggi. Dari produk tulisan, mungkin memang sudah menjadi keharusan untuk mempergunakan fasilitas komputer. Fenomena ini ditandai dengan kuantitas lembaran pengumuman dari dosen maupun mahasiswa yang tertempel di board, selalu dicetak dalam huruf-huruf elektronik. Hal ini terjadi karena suatu alasan bahwa mereka tidak mampu lagi menulis dengan baik, karena sudah sudah terlampau sering membuat print out komputer dengan huruf-huruf yang tersedia dalam font komputer. Atau alasan yang paling parah adalah ….. karena produk tulisan hanya dapat dilihat dengan LUP, karena ……sangat kecil…. dan ….. sangat jelek. Bentuk huruf dan tulisan yang dibuat pun, kalah jauh dengan tulisan anak-anak Sekolah Dasar. Fenomena apa ini ????? Pada umumnya………Mahasiswa arsitektur selalu terkenal dengan predikat tulisan tangan yang bagus, bernilai seni dan membentuk kesan yang dalam. Predikat itu juga melekat pada produk-produk gambar yang dirancang oleh mahasiswa arsitektur. Di samping itu, dalam berpenampilan, mahasiswa arsitektur terkenal pula pandai memilih dan memadu padankan warna. Performance mahasiswa arsitektur sangat berbeda dengan mahasiswa jurusan yang lain. Tapi….sekarang, semua predikat itu tergerus oleh fenomena teknologi yang membingungkan.
Pemakaian software gambar pada komputer memang merupakan pemecahan bagi mahasiswa yang tidak mampu berimajinasi dan tidak punya cukup waktu untuk menggambar dengan tangan. Namun lambat-laun hal tersebut telah menstimulant efek negatif yang mempengaruhi naluri seni dan perasaan yang terkandung dalam setiap produk arsitektur. Karena eksistensi program komputer justru mematikan naluri seni dan nilai rasa dalam dunia arsitektur. Khusus untuk membuat produk gambar perspektif, ternyata telah menunjukkan kondisi yang cukup parah. Banyak yang lebih mempercayakan hasil pada pengolahan data gambar dalam program AutoCAD, 3D Max, 3D Studio dan sebagainya. Mungkin pada awal perkuliahan sampai dengan menjelang Tugas Akhir, fenomena tersebut belum tampak. Tapi efek negatif tersebut akan terlihat jelas pada saat pameran Produk Tugas Akhir. Gambar Perspektif yang dipamerkan menunjukkan bahwa kemampuan tangan untuk mempresentasikan karya seni terlihat sangat lemah. Benarkah mahasiswa arsitektur sudah tidak mampu menggambar dengan metode hand drawing???? Padahal produk Gambar Perspektif adalah ciri khas karya gambar arsitektur. Gambar perspektif hanya akan muncul sebagai produk seni yang bernilai tinggi bila mampu memunculkan kesan . Kekuatan berimajinasi dan ketrampilan tangan menjadi alat utama dalam merealisasikan ide. Di samping itu, kemampuan untuk menggambarkan benda secara skalatis, menggambarkan bayangan dan penguasaan pada teknik pewarnaan, menjadi ciri khas mahasiswa arsitektur. Kemana perginya kemampuan tersebut ???? Seharusnya produk IT memperkaya kemampuan dan ketrampilan setiap individu…. bukannya memiskinkan kemampuan dan ketrampilan individu . Bagaimana ???? Sebaiknya teknologi menstimulan dengan produk seni dan bukannya versus produk seni. Suatu keprihatinan yang dalam………